29 Desember 2010

MATARAM--MI: Para pedagang kaki lima di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, enggan menggunakan kompor berbahan bakar gas atau liquefied petroleum gas karena takut meledak.

Ketua Asosisasi Pedagang Kaki Lima (APKLI) Kota Mataram M Nur Rahmat di Mataram, Sabtu (3/7), mengakui sebagian besar anggotanya enggan beralih ke bahan bakar gas, meski harga minyak tanah cukup tinggi. "Mereka khawatir tabung gas elpiji atau LPG meledak seperti yang terjadi di sejumlah daerah," katanya.

Meledaknya tabung gas yang disiarkan di televisi membuat anggota APKLI merasa khawatir mengganti bahan bakar minyak tanah ke gas. Selain itu, pemerintah juga masih belum maksimal
menyosialisasikan kepada masyarakat tentang program konversi minyak tanah ke gas.

Menurut dia, sejauh ini peralihan penggunaan bahan bakar minyak tanah ke gas baru wacana di Kota Mataram. Pihaknya hanya memperoleh informasi dari media massa tentang program konversi minyak tanah ke gas. Itu pun masih terbatas di wilayah Pulau Jawa.

"Pengenalan dan pemahaman pedagang kaki lima mengenai penggunaan gas masih kurang sehingga belum banyak yang beralih ke gas. Itu juga yang menyebabkan kebutuhan minyak tanah di daerah ini masih tinggi," ujarnya.

Pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) mestinya bisa segera menyosialisasikannya. Banyak pedagang kaki lima yang masih menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar utama. "Padahal harga minyak tanah masih sering dipermainkan oleh oknum yang ingin mengambil keuntungan besar," katanya.

Dari sekitar 2.500 anggota APKLI Kota Mataram, 75 persen masih tergantung pada minyak tanah. Karena itu, pihaknya siap memfasilitasi pemerintah untuk melancarkan program konversi ke gas. "Jika situasi langka dan mahalnya minyak tanah seperti ini, kami siap membantu pemerintah karena bagaimana pun konversi ini mau tidak mau harus dilakukan di saat situasi minyak tanah langka dan mahal," ujarnya. (Ant/OL-5)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar